Batik Surakarta, Batik Solo
Fahri, anggap saja namanya itu. Sejak bujang hingga punya anak dua ia habiskan usia, tenaga, dan masa mudanya disebuah perusahaan local yang ada dipinggir kota. Tenaga, pikiran, dll ia curahkan. Beh behan. Los dhol pokok e. Hingga dimana ketika itu krisis keuangan internal di perusahaannya kembang kempis. Itupun ia tidak bergeming untuk meninggalkan perusahaan tercinta. Ia bersama para sahabat, dan jajaran direksi menghadapi dengan wira. Toh, sedikit banyak darah dan daging anak istri terkontruksi dengan wasilah gaji bulanan yang tidak seberapa. Yang ia terima setiap akhir bulan. Mereka syukuri. Berharap ‘ajron hasanah dan keredaan dari Alloh. Pasti sesiapa yang kufur, azab akan menantinya.
*
Fahri bukan tipikal lelaki doyan travel, wisata kuliner, penghobi sesuatu atau apalah. Ia cukup menyukai membaca novel-entah menyewa di rental komik dan novel. Atau beli second di pasar buku dibilangan kampung Sriwedari atau dipojok Alun alun Utara-dan, ia juga suka nonton filem-entah menyewa di penyewaan semisal Video Ezzy atau copas dari folder warnet dibilangan warnet berjajar rapi disekitar UNS dan UMS-Duit ia hemat. Ia tabung. Sebagian duit ia belikan keping Logam Mulia. “Kelak ketika si Tengah kuliah ke Madinah Munawaroh. Logam Mulia ini bisa buat sangu. Karena, menuntut ilmu perlukan harta selain rajin dan gigih.” Sedikit ia teringat akan pesan Imam Syafi’i.
*
Ketika tren sosmed ‘menggila’ ditanah air. Berbarengan dengan tren jual beli online. Fahri menangkap peluang itu. Ia mencoba jualan online Batik Surakarta atau Batik Solo dibeberapa penyedia marketplace online. Yah.. hanya mengambil keuantungan tak seberapa. Cukup untuk buat biaya SPP anak-anak tak apa. Perlu disyukuri dan diperjuangkan. Namanya juga untuk anak anak. Amanah yang dititipkan Alloh kepadanya. Lambat laun ia memiliki pelanggan setia. Terlebih ada beberapa instansi negeri maupun swasta memesan kain batik untuk bikin seragam darinya. Harga semlidut endulita pasti dong yang diberikan. Pelayanan gerak cepat tak lupa. Diskon dan harga bersaing terpuaskan tahun demi tahun. “Alhamdulillah.”
*
Tiba takdir itu, ia pamit dari perusahaan local yang selama ini ia berteduh dan mengadu nasib demi sesuap demi suap, demi biaya SPP, dan berbagai tagihan. Bukannya ia kufur nikmat atau kecewa selama ini. Hanya saja ia tidak ingin menduakan. Saat itu ia sedang Membangun Bisnis nya sendiri. Perlu tenaga, pikiran, dan daya upaya. Otomatis tugas dari perusahaannya terbengkalai. “Bismillah.. khoer in syaa Alloh.”
*
Batik Surakarta atau Batik Solo ( bukan batik Pekalongan, batik Lasem, batik Yogyakarta, batik Jogjakarta, batik Jogja ) ini dipasarkan tagar #tokongruki dibeberapa sosmed kondang nan terkemuka lho. “Cekitot gaiiss..”
Fahri, anggap saja namanya itu. Sejak bujang hingga punya anak dua ia habiskan usia, tenaga, dan masa mudanya disebuah perusahaan local yang ada dipinggir kota. Tenaga, pikiran, dll ia curahkan. Beh behan. Los dhol pokok e. Hingga dimana ketika itu krisis keuangan internal di perusahaannya kembang kempis. Itupun ia tidak bergeming untuk meninggalkan perusahaan tercinta. Ia bersama para sahabat, dan jajaran direksi menghadapi dengan wira. Toh, sedikit banyak darah dan daging anak istri terkontruksi dengan wasilah gaji bulanan yang tidak seberapa. Yang ia terima setiap akhir bulan. Mereka syukuri. Berharap ‘ajron hasanah dan keredaan dari Alloh. Pasti sesiapa yang kufur, azab akan menantinya.
*
Fahri bukan tipikal lelaki doyan travel, wisata kuliner, penghobi sesuatu atau apalah. Ia cukup menyukai membaca novel-entah menyewa di rental komik dan novel. Atau beli second di pasar buku dibilangan kampung Sriwedari atau dipojok Alun alun Utara-dan, ia juga suka nonton filem-entah menyewa di penyewaan semisal Video Ezzy atau copas dari folder warnet dibilangan warnet berjajar rapi disekitar UNS dan UMS-Duit ia hemat. Ia tabung. Sebagian duit ia belikan keping Logam Mulia. “Kelak ketika si Tengah kuliah ke Madinah Munawaroh. Logam Mulia ini bisa buat sangu. Karena, menuntut ilmu perlukan harta selain rajin dan gigih.” Sedikit ia teringat akan pesan Imam Syafi’i.
*
Ketika tren sosmed ‘menggila’ ditanah air. Berbarengan dengan tren jual beli online. Fahri menangkap peluang itu. Ia mencoba jualan online Batik Surakarta atau Batik Solo dibeberapa penyedia marketplace online. Yah.. hanya mengambil keuantungan tak seberapa. Cukup untuk buat biaya SPP anak-anak tak apa. Perlu disyukuri dan diperjuangkan. Namanya juga untuk anak anak. Amanah yang dititipkan Alloh kepadanya. Lambat laun ia memiliki pelanggan setia. Terlebih ada beberapa instansi negeri maupun swasta memesan kain batik untuk bikin seragam darinya. Harga semlidut endulita pasti dong yang diberikan. Pelayanan gerak cepat tak lupa. Diskon dan harga bersaing terpuaskan tahun demi tahun. “Alhamdulillah.”
*
Tiba takdir itu, ia pamit dari perusahaan local yang selama ini ia berteduh dan mengadu nasib demi sesuap demi suap, demi biaya SPP, dan berbagai tagihan. Bukannya ia kufur nikmat atau kecewa selama ini. Hanya saja ia tidak ingin menduakan. Saat itu ia sedang Membangun Bisnis nya sendiri. Perlu tenaga, pikiran, dan daya upaya. Otomatis tugas dari perusahaannya terbengkalai. “Bismillah.. khoer in syaa Alloh.”
*
Batik Surakarta atau Batik Solo ( bukan batik Pekalongan, batik Lasem, batik Yogyakarta, batik Jogjakarta, batik Jogja ) ini dipasarkan tagar #tokongruki dibeberapa sosmed kondang nan terkemuka lho. “Cekitot gaiiss..”